Design(1).png

BAB 1 : Awal Mula Cinta

Aku berangkat sekolah selalu jalan kaki bersama-sama dengan teman di desa ku. Kebetulan saya tinggal di komplek perumahan yang ada di desa namun kondisi disini ada anak-anak sebaya dengan aku. Aku memiliki dua sahabat baik dan sudah seperti keluarga. Mereka bernama Galih dan Bayu. kami bersekolah di SD sama dan satu kelas.

Waktu itu mungkin sekitar jam 6.15 kami bertiga berjalan kaki menuju sekolah bertemu dengan teman sekelas kami, ada 2 orang gadis yang satu anaknya menggunakan bando pink bernama Sari dan satunya lagi menggunakan dasi merah adalah Aisyah.

Singkatnya kami menuju sekolah bersama, disitu kami mulai bercengkrama.

“Tau gak, hari ini bu guru mau ubah tempat duduk kita loh”, ucap Sari kepada Aisyah

“Ohya aku ingat, hari ini bu guru merubah tempat duduk kita. Hem… kira-kira kita nanti bisa duduk bareng gak ya?” sahut Aisyah pada Sari.

Aku juga baru ingat kalau hari ini ada perubahan tempat duduk.

“Gal, berarti nanti kita bisa beda tempat duduk dong. Trus Bayu juga pindah ya.” aku menegur Galih.

“Iya juga ya ren, kayaknya nanti kita bakal gak bareng lagi deh duduknya.” sahut Galih sambil berjalan memegang tas ranselnya.

“Aduh kalo kaya gini aku bisa gak sebangku sama Galih dong, aku gak bisa ngobrol-ngobrol acara kartun atau nanya-nanya PR sekolah.” pikirku dalam hati.

Kami sudah sampai di ruang kelas, namun masih di tempat posisi duduk yang lama. Jam menunjukan pukul 07.00 namun bu guru belum datang.

“Selamat pagi Anak-anak.”, ucap Bu guru Nani

Bu Nani sudah memasuki ruang kelas, itu menandakan kegiatan belajar akan dimulai.

“Ohya kalian ingat, hari ini Ibu akan merubah posisi tempat duduk kalian ya. Tujuan disini agar kalian dapat bersosialisasi dengan baik dengan teman kalian. Jadi jangan akrab hanya dengan teman tertentu saja ya.” , lanjut Bu Nani menjelaskan kepada murid-murid.

Bu Nani mulai menyebutkan nama-nama siswa untuk diatur tempat duduknya. Akhirnya giliran Galih disebutkan, ternyata Galih duduk di kursi depan pojok sebelah kanan, dia duduk dengan Reno dan Putri.

“Wah kok ini anak laki-laki dan perempuan di satu mejakan”, aku kaget dengan pembagian dari Bu Nina.

“Untuk selanjutnya adalah Rendra kamu duduk di kursi nomor 3 dari pojok kiri urut dari depan ya. Kamu duduk disitu dengan Sari dan Nayla.” Bu Nani menjelaskan pembagian kursi.

“Kenapa aku duduk dengan 2 anak perempuan? Aduh bagaimana ini? “, pikirku protes.

“Maaf Bu Nani, kok saya duduk sama 2 anak perempuan. Apa tidak bisa diubah?”, aku langsung mengajukan keberatan pada Bu Nani.